Selasa, 11 Juni 2013

Budidaya Ikan Gurami

Memilih induk Yang Baik
Sebelum melangkah kepada teknik budidaya ikan gurami sebaiknya terlebih dahulu kita mengenal perbedaan antara ikan gurami jantan dan ikan gurami betina.

Ikan Gurami jantan memiliki ciri-ciri :
Dahi terdapat tonjolan
Dasar sirip dada terang
Tutup insang berwarna kekuning-kuningan
Sirip ekor rata

Ikan Gurami betina memiliki ciri-ciri :
Dahi tidak terdapat tonjolan
Dasar sirip dada gelap
Tutup insang berwarna putih kecoklatan
Sirip ekor melengkung
Kriteria induk yang siap dipijahkan:
Induk Jantan : sebaiknya yang telah berumur 2 – 2,5 tahun dengan berat 1 – 1,5 kg
Induk Betina : sebaiknya yang telah berumur 2,5 – 3 tahun dengan berat 1,5 – 2 kg.
Induk yang baik adalah yang berwarna bersih dan cerah.

Tempat dan Cara Pembenihan
Kolam yang digunakan untuk proses pemijahan bisa kolam permanen (semen) dapat juga kolam tanah.
Kedalaman kolam minimal 1 m, kondisi air jernih dan tenang. Ph 7-8 dan untuk kolam tanah sebaiknya tidak berlumpur.
Perbandingan induk pada kolam pemijahan jantan : betina adalah 1 : 3. Satu induk jantan membutuhkan areal 20 – 30 m2. Sebagai gambaran untuk kolam 6m x 10m, diperlukan 3 ekor jantan dan 9 ekor betina.
Sebelum digunakan sebaiknya kolam dikeringkan dahulu, dibersihkan dari hama dengan cara pengapuran serta diperbaiki jangan sampai ada yang bocor. Persiapkan juga perlengkapan untuk membuat sarang bagi induk gurami seperti sosog/ keranjang plastik dan ijuk. Ijuk berfungsi untuk membuat sarang, sedangkan sosog atau keranjang plastik berfungsi untuk tempat meletakkan ijuk sebagai sarang.

Setelah persiapan selesai, induk gurami dapat dilepas ke kolam pemijahan. Setelah 1-2 minggu induk gurami mulai bertelur di dalam sarang yang dibuatnya sendiri.
Wadah penetasan bisa berupa ember, corong atau akuarium. Pakailah alat yang mudah dipindah dan tidak mengandung bahan kimia.
Telur yang baik ditandai dengan warna yang jernih, apabila ada yang keruh segera buang agar tidak mengotori air media. Telur akan menetas kurang lebih selama 36 – 48 jam. Suhu yang baik untuk penetasan adalah 29 – 30 0C. Jangan lupa ganti air setiap hari sebanyak 30%.
Benih gurami akan habis kuning telur pada hari ke 12 (dari menetas). Pada saat itu benih gurami harus mulai disuplai makanan dari luar. Oleh karena itu pada hari ke 12 ini benih gurami dipindah ke kolam pendederan 1. Kolam/ bak pendederan 1 tidak perlu luas 2 x 2 m atau 2 x 3 m sangat ideal untuk pendederan gurami. Sebelum digunakan bak/ kolam dikeringkan dulu, diberi kapur dan dipupuk dengan pupuk kandang (1kg/m2) untuk menumbuhkan pakan alami. Untuk mengantisipasi tumbuhnya jamur sebaiknya sebar kolam dengan garam grosok secukupnya. Apabila fluktuasi suhu siang dan malam hari terlalu besar, bak perlu diberi tutup.
Penebaran benih dilakukan setelah kolam tumbuh pakan alami. Penebaran dilakukan pada sore menjelang malam. Kedalaman air kolam 20 – 30 cm. Berikan makanan tambahan, bisa berupa ulat, telur semut merah atau cacing sutra. Lama pemeliharaan 15 – 18 hari.
Tabel. Umur, ukuran padat penebaran,
lama pemeliharaan Benih Gurami : Umur, Ukuran, (cm) Padat , Penebaran, Lama Pemeliharaan Keterangan
12 hr < 0,5 200 ek/m2 15 – 18 hari Pendederan I
1 bulan 1 – 2 20 – 40 ek/m2 1 bulan Pendederan II
2 bulan 2 – 3 10 – 20 ek/m2 2 bulan Pendederan III
4 bulan 3 – 5 5 – 10 ek/m2 2 bulan Pendederan IV
6 bulan 3 – 5 3 – 5 ek/m2 6 - 12 bulan Pembesaran

Kolam pembesaran ikan gurami sebaiknya dibuat relatif dalam. Kedalaman kolam minimal 1m, dengan genangan air yang tenang. Sebab ikan gurami tidak suka air yang alirannya deras.

Penyakit
Penyakit merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal panen. Penyakit akan timbul sebagai akibat adanya ketidakseimbangan antara ikan, lingkungan dan mikroorganisme pathogen. Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan maka akan menyebabkan terjadinya penurunan daya tahan, sehingga ikan mudah terserang penyakit. Oleh karena itu agar ikan peliharaan tidak terkena penyakit, sebagai pencegahan lakukan pemeliharaan sesuai petunjuk/ prosedur.
Beberapa penyakit dan pengobatannya.Penyebab Gejala Pengobatan :
  • Jamur Koloni Putih, Insang rusak : Garam 0,5 – 1 %
  • Lernea Sisik hilang, Jaringan rusak, Berenang tak teratur : Difterex 0,25 – 0,5 ppm
  • Hydropylla Luka, Hemoragik : OTC 3 -5 g/kg p



sumber : mj-fish.blogspot.com

PENGELOLAAN INDUK GURAME

Perbedaan paling mencolok antara induk jantan dengan induk betina adalah adanya ciri khas pada ikan jantan, yaitu: benjolan di bagian kepala (dahi), bibir bawah tebal dan memerah terutama pada saat birahi dan tidak memiliki warna hitam pada ketiak sirip dada. Sedangkan pada ikan betina memiliki ciri-ciri sebaliknya.

Ikan jantan yang siap menjadi induk memiliki ciri-ciri: panjang standar 30-35 cm, berumur 24-30 bulan dan bobot 1,5-2 kg. Sedangkan induk betina memiliki ciri-ciri: panjang standar 30-35 cm, berumur 30-36 bulan dan bobot 2-2,5 kg. Namun demikian, dalam pemijahan sebaiknya menggunakan induk yang sudah mencapai berat sekitar 3 kg (betina) dan 4-5 kg (jantan).

Induk dapat dipelihara pada kolam tembok/tanah baik secara masal maupun berpasangan dengan perbandingan jantan : betina = 1 : 4. Pakan yang diberikan berupa pelet terapung (kadar protein ± 28%) sebanyak 2% biomass/hari dan daun sente/talas sebanyak 5% bobot biomass/har



sumber : indoorcommunity.wordpress.com

GURAME

Ikan Gurame adalah ikan air tawar asli Indonesia, Malaysia, Thailand, Indochina (Vietnam, Laos, Kamboja) dan India. Di Indonesia, gurame berasal dari pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Di Malaysia, sama seperti di Sumatera, gurame lebih dikenal dengan nama ikan kaloi. Sementara di Thailand dikenal dengan nama Pla Rad.


HABITAT


Ikan gurame hidup di perairan tenang seperti rawa, danau, dan sungai. Gurame jarang ditemui atau tidak ditemukan sama sekali pada sungai berarus deras. Gurame menyenangi air yang tidak terlalu keruh dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan. Gurame memiliki organ labirin yang memungkinkan mereka untuk menghirup oksigen langsung dari udara bebas pada permukaan air melalui mulut mereka.
Selain di alam liar, ikan gurame dibudidayakan di kolam-kolam dan dapat hidup damai berdampingan dengan ikan-ikan lain seperti nila, mujair dan tawes selama kebutuhan makan mereka tercukupi. Air kolam budidaya gurame wajib diberikan garam secukupnya secara rutin untuk mencegah munculnya penyakit.

MAKANAN
Gurame adalah hewan omnivora dengan pola makan yang unik. Saat masih kecil, gurame cenderung bersifat karnivora dengan memakan kutu air, jentik nyamuk, cacing sutera, blood worm dan hewan kecil lainnya. Saat menginjak remaja, mereka lebih menyukai makan dedaunan seperti daun keladi/talas/sente, daun pepaya, kangkung, daun singkong, daun ubi jalar dan daun-daun lainnya.
Di kolam budidaya, pelet adalah makanan utama ikan gurame dan masih sering diselingi pakan dedaunan pada sore hari. Pemberian daun pepaya pada masa pemijahan biasanya tidak dilakukan karena dipercaya dapat merusak kantong telur gurame. Daun ubi jalar yang rendah protein juga tidak diberikan karena akan memberikan hasil yang kurang produktif. Dedaunan yang dipercaya paling baik sebagai makanan induk gurame adalah daun keladi yang sebelumnya dilayukan terlebih dahulu untuk mengurangi kandungan getahnya.

SIKLUS HIDUP
Gurame dikenal sebagai ikan yang lambat pertumbuhannya namun panjang umur (dapat hidup hingga 20 tahun). Siklus hidup ikan gurame dimulai dari pemijahan oleh induk gurame jantan dan induk gurame betina. Cara membedakan induk gurame jantan dengan induk gurame betina adalah dengan melihat sirip ekor, dahi, bibir bawah/rahang, dan dasar sirip dada.

Induk Gurame Betina :
Sirip ekor melengkung/membulat
Dahi rata
Bibir bawah proposional
Dasar sirip dada gelap/berwarna kehitaman



Induk Gurame Jantan :
Sirip ekor datar/rata
Dahi menonjol/jenong (nuchal hump)
Bibir bawah/rahang tebal
Dasar sirip dada terang/berwarna keputihan



Usia induk gurame jantan saat pemijahan adalah 2-2,5 tahun dan usia induk gurame betina 2,5-3 tahun. Peternak gurame biasanya mengawinkan gurame jantan dengan gurame betina dari keturunan yang berbeda untuk mencegah inbreeding (perkawinan sedarah) yang dapat menghasilkan benih dengan kualitas genetik kurang baik. Gurame termasuk ikan poligami, perbandingan jantan dengan betina yang ideal adalah 1:4.
Saat masa pemijahan, pemberian pakan pelet dikurangi dan daun keladi ditambah untuk mengurangi timbunan lemak. Ikan yang terlalu gemuk karena lemak akan menghasilkan jumlah telur sedikit dan telur yang terbalut lemak memiliki daya tetas rendah.
Ikan gurame membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan dan pasangannya sebelum memijah. Proses adaptasi berjalan cukup lama, bisa sampai 2 minggu. Setelah mendapat pasangan, induk gurame jantan akan membuat sarang dengan cara menarik dan menyusun bahan pembuat sarang. Di alam liar, bahan pembuat sarang terdiri dari batang rumput liar yang menjalar di pinggir sungai dan bahan-bahan lain yang bisa mereka temukan. Di kolam budidaya, peternak biasanya menyediakan ijuk atau sabut kelapa yang sudah dibersihkan dan dihaluskan (disisir). Pembuatan sarang membutuhkan waktu sekitar satu minggu. Selesai membuat sarang, gurame akan kawin (biasanya terjadi pada sore hingga malam hari) dan memijah selama 2-3 hari.
Induk gurame betina akan mengeluarkan telur dari perutnya dan meletakannya di sarang. Sementara induk gurame jantan menyemprotkan spermanya hingga terjadi pembuahan. Telur-telur yang melayang bebas di luar sarang akan dipindahkan oleh jantan dengan mulutnya ke dalam sarang sembari tetap menjaga sarang dari predator dan gangguan lainnya. Gurame jantan akan menyusun telur mereka di sarang lapis demi lapis sebelum akhirnya menutup sarang yang tadinya setengah terbuka menjadi bulatan utuh. Telur dalam sarang yang disusun mengumpul di satu tempat (tidak berlapis-lapis) akan mengakibatkan telur yang berada di tengah tidak memperoleh oksigen yang cukup dan gagal menetas. Permukaan air yang berminyak dan berbau amis menandakan proses pemijahan sudah terjadi. Setelah pemijahan selesai, induk gurame jantan akan pergi dan induk gurame betina yang akan menjaga dan merawat telur-telur mereka. Secara berkala, induk gurame betina akan mengibas-ngibaskan siripnya di sekitar sarang untuk mensuplay oksigen pada telurnya.

TELUR

Induk gurame betina dapat menghasilkan telur sekitar 3000-4000 butir dengan diameter sekitar 2mm. Telur ikan gurame tidak tenggelam dan tidak bersifat melekat pada benda yang disentuhnya. Telur yang sehat berwarna kuning bening sedangkan yang yang berwana kusam (tidak tembus pandang) adalah telur mati. Setelah 36-48 jam, telur gurami akan menetas.

LARVA
Larva ikan gurame yang menetas akan terapung dengan bagian perut berada di sebelah atas karena kuning telurnya mengandung minyak. Kuning telur ini akan menjadi sumber makanan larva gurame selama 7-12 hari ke depan. Setelah seminggu lebih, kuning telur mulai hilang, organ-organ ikan sudah terbentuk sempurna dan anak ikan sudah bisa berenang dengan posisi perut di sebelah bawah. Anak ikan gurame sudah bisa diberi makan secara bertahap dengan memberikan kutu air, cacing sutera, jentik nyamuk atau blood worm secara bertahap sesuai bukaan mulutnya.

ANAK IKAN/BENIH
Setelah melewati fase larva, anak ikan gurame biasa disebut benih dan sudah bisa diperjualbelikan. Peternak biasanya memelihara benih di akuarium secara intensif agar pertumbuhannya maksimal. Setelah satu bulan, anak ikan gurame sudah seukuran biji oyong. Fase benih berlangsung cukup lama, sekitar 5 bulan sebelum dibesarkan lagi beberapa bulan hingga mencapai ukuran siap konsumsi (500 gram). Ikan gurame akan matang secara seksual setelah berusia 2-3 tahun.



sumber : adearisandi.wordpress.com

BENIHKAN GURAMI DI AKUARIUM


Ini terobosan membenihkan gurami agar survival rate-nya lebih dari 95%. Angkat telur dari kolam dan tetaskan di akuarium dengan air mengalir. Karena perawatannya terjamin, pada umur 4 bulan tumbuh lebih cepat 1-2 cm daripada biasa.

Salah satu kelemahan cara tradisional, survival rate benih cuma 50%. Itu antara lain disebabkan larva yang keluar dari kolam penetasan (kowen) menyebar ke penjuru kolam. Akibatnya pemberian pakan tak efektip. Belum lagi predator seperti belum dan mujair yang terus memburu anak gurami.

Wajar jika yang mampu bertahan hidup hanya separuh dari total populasi. Anak-anak gurami itu berasal dari telur yang dihasilkan dari perkawinan sepasang induk didalam kolam. Ini dilakukan karena sampai kini pemijahan gurami belum bisa dilakukan dengan kawin suntik (induce breeding).

Biasanya peternak memilih varietas Jepang, Soang dan Musafir. “Musafir paling banyak telurnya,” tutur Julius Tirtasanjaya.

Menandai induk yang baik, diantaranya luwes hingga melengkung 180 derajat kala dipegang. Usia produktip induk 4-5 tahun. Gurami tergolong poligami, perbandingan jantan dengan betina idealnya 1:5.

SARANG BULAT

Agar telurnya bagus pakan utama induk gurami tetap daun sente. Sekali seminggu ia boleh diberi extra fooding pelet ikan. Dosis pakan buatan ini tidak boleh terlalu banyak karena bisa menimbun lemak. “Ikan yang terlalu gemuk, telurnya sedikit,” tutur ayah 1 anak yang suka berburu.

Telur terbalut lemak daya tetasnya juga rendah. Gurami salah satu ikan unik, ia bertelur dan menetaskannya dalam sarang berbentuk bulat.

Peternak cukup menyediakan ijuk di kolam induk sebagai bahan sarang. Pada sore hari, aktifitas pembuatan sarang bisa dipantau. Gurami jantan sibuk mengangkut ijuk dan membentuknya jadi sarang. Hari ketiga sampai empat, pasangan gurami siap kawin.

Sebelum mengambil telur dari sarang, wadah dan mendia penetasan dipersiapkan dahulu.

Buatlah akuarium 80 cm x 40 cm x 40 cm, dengan ketebalan kaca 5 mm. Konstruksi bagian dalam akuarium dilengkapi sebuah pipa pelimpah ¾ inci. Sehingga, setelah 48 jam telur menetas sistem pemeliharaan larva langsung dengan air mengalir di tempat yang sama.

Instalasi akuarium juga dilengkapi kran pemasukan air yang mudah dibuka tutup.

MENETAS DI AQUARIUM

Setelah kawin, gurami menutup sarang yang tadinya setengah terbuka menjadi bulatan utuh. Biasanya induk betina tetap berada di sekitar sarang menjaga telurnya. Untuk memastikan keberadaan telur dalam sarang, tusukkan sebatang lidi ke tengah sarang. Kegiatan ini dilakukan pagi hari. Bila permukaan air tampak berminyak, tandanya sarang sudah berisi telur. Angkatlah sarang sebola basket itu dengan hati-hati lalu masukkan dalam ember berisi air bersih. Buka sarang ijuk dengan hati-hati dan ambil telurnya yang berdiameter lebih 2 mm berwarna kuning.

Telur yang baik bening dan mengapung di permukaan air. “Satu sarang berisi kurang lebih 3000-4000 butir telur,” kata Julius. Kumpulkan telur yang mengapung dengan menggunakan serok atau saringan teh. Bilas sampai bersih dengan cara menyemprotkan air. Segera masukkan telur yang telah bebas lemak dan kotoran itu ke dalam akuarium yang telah diisi air ¾ bagian. Bubuhkan beberapa tetes anti bakteri methylene blue.

Agar suhu air hangat, pasang sebuah heater dan setel pada suhu 27-28 Celcius. Aerator dioperasikan selama penetasan untuk mencegah telur menempel satu sama lain. Setelah 36-48 jam larva mulai keluar dari telur.

Tandanya terjadi perubahan bentuk dari bulat menjadi bulat berekor. Walaupun tampak lemah, sesekali larva tampak bergerak-gerak. Telur yang tidak menetas berubah dari kuning bening menjadi keruh.

Buanglah telur yang tidak menetas dan sisa cangkang dengan menyiphonnya menggunakan selang kecil.

PAKAN LARVA

Selama 48 jam larva menghidupi dirinya sendiri dengan cadangan makanan yang tersedia dalam kantung telur (yolk sack). Jika kantung telur sudah tampak mengempis, berikan kutu air atau artemia secukupnya. Jangan sampai terlambat, larva yang terlanjur kelaparan kondisinya lemah.

Setelah 2 hari makan kutu air sediakan cacing rambut dalam wadah pakan. Secara alami anak gurami akan memakan cacing yang keluar dari lubang wadah pakan. “Setelah beberapa hari makan cacing, biasanya pertumbuhan gurami sangat pesat,” kata Julius.

Tiga puluh hari pemeliharaan anak gurami sudah berukuran 1cm (sekuku). Anak ikan seukuran itu disebut bayong (biji-oyong red). Kelulusan hidup sampai tahap itu mencapai lebih dari 95%. Benih seukuran itu sudah bisa dijual, harga di Parung Rp. 300-Rp. 400/ekor.

Jika diinginkan benih berukuran besar, budidaya di akuarium bisa dilanjutkan lagi. Jarangkan populasi dengan memindahkan burayak itu kedalam akuarium berisi 1.000 ekor ikan. Pakan tetap berupa cacing rambut. Sistem pemeliharaannya juga dengan air mengalir. Setelah 2 bulan pemeliharaan ukurannya 2-3 cm atau sebesar daun kelor. Benih ukuran itu harganya Rp.500-Rp. 600/ekor.

(A. Raharjo, peliput Nyuwan SB) Diambil dari majalah Trubus380 – Juli 2001/XXXII

KOMENTAR MIMBAR SEPUTRO

Ketika telur baru menetas (0-12) hari, saya tidak pernah menaruhnya ditempat air mengalir. Telur yang mengapung akan terbawa aliran, dan dikuatirkan pecah. Mungkin yang dimaksud adalah akuarium yang alirannya diam, sesekali (dua kali sehari) air diganti secara perlahan. Aerator dan heater boleh dipasang (juga boleh tidak). Selama berusia sampai 12 hari, ikan tidak perlu diberi pakan sebab memang belum bisa makan. Setelah kantung telurnya kempes, barulah ikan diberi pakan berupa kutu air (moina) yang mudah dibudidaya di kolam atau artemia (mahal ini)- kutu air import



sumber : http://omkicau.com