Selasa, 11 Juni 2013

Budidaya Ikan Gurami

Memilih induk Yang Baik
Sebelum melangkah kepada teknik budidaya ikan gurami sebaiknya terlebih dahulu kita mengenal perbedaan antara ikan gurami jantan dan ikan gurami betina.

Ikan Gurami jantan memiliki ciri-ciri :
Dahi terdapat tonjolan
Dasar sirip dada terang
Tutup insang berwarna kekuning-kuningan
Sirip ekor rata

Ikan Gurami betina memiliki ciri-ciri :
Dahi tidak terdapat tonjolan
Dasar sirip dada gelap
Tutup insang berwarna putih kecoklatan
Sirip ekor melengkung
Kriteria induk yang siap dipijahkan:
Induk Jantan : sebaiknya yang telah berumur 2 – 2,5 tahun dengan berat 1 – 1,5 kg
Induk Betina : sebaiknya yang telah berumur 2,5 – 3 tahun dengan berat 1,5 – 2 kg.
Induk yang baik adalah yang berwarna bersih dan cerah.

Tempat dan Cara Pembenihan
Kolam yang digunakan untuk proses pemijahan bisa kolam permanen (semen) dapat juga kolam tanah.
Kedalaman kolam minimal 1 m, kondisi air jernih dan tenang. Ph 7-8 dan untuk kolam tanah sebaiknya tidak berlumpur.
Perbandingan induk pada kolam pemijahan jantan : betina adalah 1 : 3. Satu induk jantan membutuhkan areal 20 – 30 m2. Sebagai gambaran untuk kolam 6m x 10m, diperlukan 3 ekor jantan dan 9 ekor betina.
Sebelum digunakan sebaiknya kolam dikeringkan dahulu, dibersihkan dari hama dengan cara pengapuran serta diperbaiki jangan sampai ada yang bocor. Persiapkan juga perlengkapan untuk membuat sarang bagi induk gurami seperti sosog/ keranjang plastik dan ijuk. Ijuk berfungsi untuk membuat sarang, sedangkan sosog atau keranjang plastik berfungsi untuk tempat meletakkan ijuk sebagai sarang.

Setelah persiapan selesai, induk gurami dapat dilepas ke kolam pemijahan. Setelah 1-2 minggu induk gurami mulai bertelur di dalam sarang yang dibuatnya sendiri.
Wadah penetasan bisa berupa ember, corong atau akuarium. Pakailah alat yang mudah dipindah dan tidak mengandung bahan kimia.
Telur yang baik ditandai dengan warna yang jernih, apabila ada yang keruh segera buang agar tidak mengotori air media. Telur akan menetas kurang lebih selama 36 – 48 jam. Suhu yang baik untuk penetasan adalah 29 – 30 0C. Jangan lupa ganti air setiap hari sebanyak 30%.
Benih gurami akan habis kuning telur pada hari ke 12 (dari menetas). Pada saat itu benih gurami harus mulai disuplai makanan dari luar. Oleh karena itu pada hari ke 12 ini benih gurami dipindah ke kolam pendederan 1. Kolam/ bak pendederan 1 tidak perlu luas 2 x 2 m atau 2 x 3 m sangat ideal untuk pendederan gurami. Sebelum digunakan bak/ kolam dikeringkan dulu, diberi kapur dan dipupuk dengan pupuk kandang (1kg/m2) untuk menumbuhkan pakan alami. Untuk mengantisipasi tumbuhnya jamur sebaiknya sebar kolam dengan garam grosok secukupnya. Apabila fluktuasi suhu siang dan malam hari terlalu besar, bak perlu diberi tutup.
Penebaran benih dilakukan setelah kolam tumbuh pakan alami. Penebaran dilakukan pada sore menjelang malam. Kedalaman air kolam 20 – 30 cm. Berikan makanan tambahan, bisa berupa ulat, telur semut merah atau cacing sutra. Lama pemeliharaan 15 – 18 hari.
Tabel. Umur, ukuran padat penebaran,
lama pemeliharaan Benih Gurami : Umur, Ukuran, (cm) Padat , Penebaran, Lama Pemeliharaan Keterangan
12 hr < 0,5 200 ek/m2 15 – 18 hari Pendederan I
1 bulan 1 – 2 20 – 40 ek/m2 1 bulan Pendederan II
2 bulan 2 – 3 10 – 20 ek/m2 2 bulan Pendederan III
4 bulan 3 – 5 5 – 10 ek/m2 2 bulan Pendederan IV
6 bulan 3 – 5 3 – 5 ek/m2 6 - 12 bulan Pembesaran

Kolam pembesaran ikan gurami sebaiknya dibuat relatif dalam. Kedalaman kolam minimal 1m, dengan genangan air yang tenang. Sebab ikan gurami tidak suka air yang alirannya deras.

Penyakit
Penyakit merupakan salah satu penyebab terjadinya gagal panen. Penyakit akan timbul sebagai akibat adanya ketidakseimbangan antara ikan, lingkungan dan mikroorganisme pathogen. Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan maka akan menyebabkan terjadinya penurunan daya tahan, sehingga ikan mudah terserang penyakit. Oleh karena itu agar ikan peliharaan tidak terkena penyakit, sebagai pencegahan lakukan pemeliharaan sesuai petunjuk/ prosedur.
Beberapa penyakit dan pengobatannya.Penyebab Gejala Pengobatan :
  • Jamur Koloni Putih, Insang rusak : Garam 0,5 – 1 %
  • Lernea Sisik hilang, Jaringan rusak, Berenang tak teratur : Difterex 0,25 – 0,5 ppm
  • Hydropylla Luka, Hemoragik : OTC 3 -5 g/kg p



sumber : mj-fish.blogspot.com

PENGELOLAAN INDUK GURAME

Perbedaan paling mencolok antara induk jantan dengan induk betina adalah adanya ciri khas pada ikan jantan, yaitu: benjolan di bagian kepala (dahi), bibir bawah tebal dan memerah terutama pada saat birahi dan tidak memiliki warna hitam pada ketiak sirip dada. Sedangkan pada ikan betina memiliki ciri-ciri sebaliknya.

Ikan jantan yang siap menjadi induk memiliki ciri-ciri: panjang standar 30-35 cm, berumur 24-30 bulan dan bobot 1,5-2 kg. Sedangkan induk betina memiliki ciri-ciri: panjang standar 30-35 cm, berumur 30-36 bulan dan bobot 2-2,5 kg. Namun demikian, dalam pemijahan sebaiknya menggunakan induk yang sudah mencapai berat sekitar 3 kg (betina) dan 4-5 kg (jantan).

Induk dapat dipelihara pada kolam tembok/tanah baik secara masal maupun berpasangan dengan perbandingan jantan : betina = 1 : 4. Pakan yang diberikan berupa pelet terapung (kadar protein ± 28%) sebanyak 2% biomass/hari dan daun sente/talas sebanyak 5% bobot biomass/har



sumber : indoorcommunity.wordpress.com

GURAME

Ikan Gurame adalah ikan air tawar asli Indonesia, Malaysia, Thailand, Indochina (Vietnam, Laos, Kamboja) dan India. Di Indonesia, gurame berasal dari pulau Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Di Malaysia, sama seperti di Sumatera, gurame lebih dikenal dengan nama ikan kaloi. Sementara di Thailand dikenal dengan nama Pla Rad.


HABITAT


Ikan gurame hidup di perairan tenang seperti rawa, danau, dan sungai. Gurame jarang ditemui atau tidak ditemukan sama sekali pada sungai berarus deras. Gurame menyenangi air yang tidak terlalu keruh dan memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap lingkungan. Gurame memiliki organ labirin yang memungkinkan mereka untuk menghirup oksigen langsung dari udara bebas pada permukaan air melalui mulut mereka.
Selain di alam liar, ikan gurame dibudidayakan di kolam-kolam dan dapat hidup damai berdampingan dengan ikan-ikan lain seperti nila, mujair dan tawes selama kebutuhan makan mereka tercukupi. Air kolam budidaya gurame wajib diberikan garam secukupnya secara rutin untuk mencegah munculnya penyakit.

MAKANAN
Gurame adalah hewan omnivora dengan pola makan yang unik. Saat masih kecil, gurame cenderung bersifat karnivora dengan memakan kutu air, jentik nyamuk, cacing sutera, blood worm dan hewan kecil lainnya. Saat menginjak remaja, mereka lebih menyukai makan dedaunan seperti daun keladi/talas/sente, daun pepaya, kangkung, daun singkong, daun ubi jalar dan daun-daun lainnya.
Di kolam budidaya, pelet adalah makanan utama ikan gurame dan masih sering diselingi pakan dedaunan pada sore hari. Pemberian daun pepaya pada masa pemijahan biasanya tidak dilakukan karena dipercaya dapat merusak kantong telur gurame. Daun ubi jalar yang rendah protein juga tidak diberikan karena akan memberikan hasil yang kurang produktif. Dedaunan yang dipercaya paling baik sebagai makanan induk gurame adalah daun keladi yang sebelumnya dilayukan terlebih dahulu untuk mengurangi kandungan getahnya.

SIKLUS HIDUP
Gurame dikenal sebagai ikan yang lambat pertumbuhannya namun panjang umur (dapat hidup hingga 20 tahun). Siklus hidup ikan gurame dimulai dari pemijahan oleh induk gurame jantan dan induk gurame betina. Cara membedakan induk gurame jantan dengan induk gurame betina adalah dengan melihat sirip ekor, dahi, bibir bawah/rahang, dan dasar sirip dada.

Induk Gurame Betina :
Sirip ekor melengkung/membulat
Dahi rata
Bibir bawah proposional
Dasar sirip dada gelap/berwarna kehitaman



Induk Gurame Jantan :
Sirip ekor datar/rata
Dahi menonjol/jenong (nuchal hump)
Bibir bawah/rahang tebal
Dasar sirip dada terang/berwarna keputihan



Usia induk gurame jantan saat pemijahan adalah 2-2,5 tahun dan usia induk gurame betina 2,5-3 tahun. Peternak gurame biasanya mengawinkan gurame jantan dengan gurame betina dari keturunan yang berbeda untuk mencegah inbreeding (perkawinan sedarah) yang dapat menghasilkan benih dengan kualitas genetik kurang baik. Gurame termasuk ikan poligami, perbandingan jantan dengan betina yang ideal adalah 1:4.
Saat masa pemijahan, pemberian pakan pelet dikurangi dan daun keladi ditambah untuk mengurangi timbunan lemak. Ikan yang terlalu gemuk karena lemak akan menghasilkan jumlah telur sedikit dan telur yang terbalut lemak memiliki daya tetas rendah.
Ikan gurame membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan dan pasangannya sebelum memijah. Proses adaptasi berjalan cukup lama, bisa sampai 2 minggu. Setelah mendapat pasangan, induk gurame jantan akan membuat sarang dengan cara menarik dan menyusun bahan pembuat sarang. Di alam liar, bahan pembuat sarang terdiri dari batang rumput liar yang menjalar di pinggir sungai dan bahan-bahan lain yang bisa mereka temukan. Di kolam budidaya, peternak biasanya menyediakan ijuk atau sabut kelapa yang sudah dibersihkan dan dihaluskan (disisir). Pembuatan sarang membutuhkan waktu sekitar satu minggu. Selesai membuat sarang, gurame akan kawin (biasanya terjadi pada sore hingga malam hari) dan memijah selama 2-3 hari.
Induk gurame betina akan mengeluarkan telur dari perutnya dan meletakannya di sarang. Sementara induk gurame jantan menyemprotkan spermanya hingga terjadi pembuahan. Telur-telur yang melayang bebas di luar sarang akan dipindahkan oleh jantan dengan mulutnya ke dalam sarang sembari tetap menjaga sarang dari predator dan gangguan lainnya. Gurame jantan akan menyusun telur mereka di sarang lapis demi lapis sebelum akhirnya menutup sarang yang tadinya setengah terbuka menjadi bulatan utuh. Telur dalam sarang yang disusun mengumpul di satu tempat (tidak berlapis-lapis) akan mengakibatkan telur yang berada di tengah tidak memperoleh oksigen yang cukup dan gagal menetas. Permukaan air yang berminyak dan berbau amis menandakan proses pemijahan sudah terjadi. Setelah pemijahan selesai, induk gurame jantan akan pergi dan induk gurame betina yang akan menjaga dan merawat telur-telur mereka. Secara berkala, induk gurame betina akan mengibas-ngibaskan siripnya di sekitar sarang untuk mensuplay oksigen pada telurnya.

TELUR

Induk gurame betina dapat menghasilkan telur sekitar 3000-4000 butir dengan diameter sekitar 2mm. Telur ikan gurame tidak tenggelam dan tidak bersifat melekat pada benda yang disentuhnya. Telur yang sehat berwarna kuning bening sedangkan yang yang berwana kusam (tidak tembus pandang) adalah telur mati. Setelah 36-48 jam, telur gurami akan menetas.

LARVA
Larva ikan gurame yang menetas akan terapung dengan bagian perut berada di sebelah atas karena kuning telurnya mengandung minyak. Kuning telur ini akan menjadi sumber makanan larva gurame selama 7-12 hari ke depan. Setelah seminggu lebih, kuning telur mulai hilang, organ-organ ikan sudah terbentuk sempurna dan anak ikan sudah bisa berenang dengan posisi perut di sebelah bawah. Anak ikan gurame sudah bisa diberi makan secara bertahap dengan memberikan kutu air, cacing sutera, jentik nyamuk atau blood worm secara bertahap sesuai bukaan mulutnya.

ANAK IKAN/BENIH
Setelah melewati fase larva, anak ikan gurame biasa disebut benih dan sudah bisa diperjualbelikan. Peternak biasanya memelihara benih di akuarium secara intensif agar pertumbuhannya maksimal. Setelah satu bulan, anak ikan gurame sudah seukuran biji oyong. Fase benih berlangsung cukup lama, sekitar 5 bulan sebelum dibesarkan lagi beberapa bulan hingga mencapai ukuran siap konsumsi (500 gram). Ikan gurame akan matang secara seksual setelah berusia 2-3 tahun.



sumber : adearisandi.wordpress.com

BENIHKAN GURAMI DI AKUARIUM


Ini terobosan membenihkan gurami agar survival rate-nya lebih dari 95%. Angkat telur dari kolam dan tetaskan di akuarium dengan air mengalir. Karena perawatannya terjamin, pada umur 4 bulan tumbuh lebih cepat 1-2 cm daripada biasa.

Salah satu kelemahan cara tradisional, survival rate benih cuma 50%. Itu antara lain disebabkan larva yang keluar dari kolam penetasan (kowen) menyebar ke penjuru kolam. Akibatnya pemberian pakan tak efektip. Belum lagi predator seperti belum dan mujair yang terus memburu anak gurami.

Wajar jika yang mampu bertahan hidup hanya separuh dari total populasi. Anak-anak gurami itu berasal dari telur yang dihasilkan dari perkawinan sepasang induk didalam kolam. Ini dilakukan karena sampai kini pemijahan gurami belum bisa dilakukan dengan kawin suntik (induce breeding).

Biasanya peternak memilih varietas Jepang, Soang dan Musafir. “Musafir paling banyak telurnya,” tutur Julius Tirtasanjaya.

Menandai induk yang baik, diantaranya luwes hingga melengkung 180 derajat kala dipegang. Usia produktip induk 4-5 tahun. Gurami tergolong poligami, perbandingan jantan dengan betina idealnya 1:5.

SARANG BULAT

Agar telurnya bagus pakan utama induk gurami tetap daun sente. Sekali seminggu ia boleh diberi extra fooding pelet ikan. Dosis pakan buatan ini tidak boleh terlalu banyak karena bisa menimbun lemak. “Ikan yang terlalu gemuk, telurnya sedikit,” tutur ayah 1 anak yang suka berburu.

Telur terbalut lemak daya tetasnya juga rendah. Gurami salah satu ikan unik, ia bertelur dan menetaskannya dalam sarang berbentuk bulat.

Peternak cukup menyediakan ijuk di kolam induk sebagai bahan sarang. Pada sore hari, aktifitas pembuatan sarang bisa dipantau. Gurami jantan sibuk mengangkut ijuk dan membentuknya jadi sarang. Hari ketiga sampai empat, pasangan gurami siap kawin.

Sebelum mengambil telur dari sarang, wadah dan mendia penetasan dipersiapkan dahulu.

Buatlah akuarium 80 cm x 40 cm x 40 cm, dengan ketebalan kaca 5 mm. Konstruksi bagian dalam akuarium dilengkapi sebuah pipa pelimpah ¾ inci. Sehingga, setelah 48 jam telur menetas sistem pemeliharaan larva langsung dengan air mengalir di tempat yang sama.

Instalasi akuarium juga dilengkapi kran pemasukan air yang mudah dibuka tutup.

MENETAS DI AQUARIUM

Setelah kawin, gurami menutup sarang yang tadinya setengah terbuka menjadi bulatan utuh. Biasanya induk betina tetap berada di sekitar sarang menjaga telurnya. Untuk memastikan keberadaan telur dalam sarang, tusukkan sebatang lidi ke tengah sarang. Kegiatan ini dilakukan pagi hari. Bila permukaan air tampak berminyak, tandanya sarang sudah berisi telur. Angkatlah sarang sebola basket itu dengan hati-hati lalu masukkan dalam ember berisi air bersih. Buka sarang ijuk dengan hati-hati dan ambil telurnya yang berdiameter lebih 2 mm berwarna kuning.

Telur yang baik bening dan mengapung di permukaan air. “Satu sarang berisi kurang lebih 3000-4000 butir telur,” kata Julius. Kumpulkan telur yang mengapung dengan menggunakan serok atau saringan teh. Bilas sampai bersih dengan cara menyemprotkan air. Segera masukkan telur yang telah bebas lemak dan kotoran itu ke dalam akuarium yang telah diisi air ¾ bagian. Bubuhkan beberapa tetes anti bakteri methylene blue.

Agar suhu air hangat, pasang sebuah heater dan setel pada suhu 27-28 Celcius. Aerator dioperasikan selama penetasan untuk mencegah telur menempel satu sama lain. Setelah 36-48 jam larva mulai keluar dari telur.

Tandanya terjadi perubahan bentuk dari bulat menjadi bulat berekor. Walaupun tampak lemah, sesekali larva tampak bergerak-gerak. Telur yang tidak menetas berubah dari kuning bening menjadi keruh.

Buanglah telur yang tidak menetas dan sisa cangkang dengan menyiphonnya menggunakan selang kecil.

PAKAN LARVA

Selama 48 jam larva menghidupi dirinya sendiri dengan cadangan makanan yang tersedia dalam kantung telur (yolk sack). Jika kantung telur sudah tampak mengempis, berikan kutu air atau artemia secukupnya. Jangan sampai terlambat, larva yang terlanjur kelaparan kondisinya lemah.

Setelah 2 hari makan kutu air sediakan cacing rambut dalam wadah pakan. Secara alami anak gurami akan memakan cacing yang keluar dari lubang wadah pakan. “Setelah beberapa hari makan cacing, biasanya pertumbuhan gurami sangat pesat,” kata Julius.

Tiga puluh hari pemeliharaan anak gurami sudah berukuran 1cm (sekuku). Anak ikan seukuran itu disebut bayong (biji-oyong red). Kelulusan hidup sampai tahap itu mencapai lebih dari 95%. Benih seukuran itu sudah bisa dijual, harga di Parung Rp. 300-Rp. 400/ekor.

Jika diinginkan benih berukuran besar, budidaya di akuarium bisa dilanjutkan lagi. Jarangkan populasi dengan memindahkan burayak itu kedalam akuarium berisi 1.000 ekor ikan. Pakan tetap berupa cacing rambut. Sistem pemeliharaannya juga dengan air mengalir. Setelah 2 bulan pemeliharaan ukurannya 2-3 cm atau sebesar daun kelor. Benih ukuran itu harganya Rp.500-Rp. 600/ekor.

(A. Raharjo, peliput Nyuwan SB) Diambil dari majalah Trubus380 – Juli 2001/XXXII

KOMENTAR MIMBAR SEPUTRO

Ketika telur baru menetas (0-12) hari, saya tidak pernah menaruhnya ditempat air mengalir. Telur yang mengapung akan terbawa aliran, dan dikuatirkan pecah. Mungkin yang dimaksud adalah akuarium yang alirannya diam, sesekali (dua kali sehari) air diganti secara perlahan. Aerator dan heater boleh dipasang (juga boleh tidak). Selama berusia sampai 12 hari, ikan tidak perlu diberi pakan sebab memang belum bisa makan. Setelah kantung telurnya kempes, barulah ikan diberi pakan berupa kutu air (moina) yang mudah dibudidaya di kolam atau artemia (mahal ini)- kutu air import



sumber : http://omkicau.com

Sabtu, 15 September 2012

Ikan Mas

Ikan mas atau Ikan karper (Cyprinus carpio) adalah ikan air tawar yang bernilai ekonomis penting dan sudah tersebar luas di Indonesia.
Di Indonesia, ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920-an. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan, dan Jepang. Selain itu Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.
Di Indonesia sendiri, ikan mas memiliki beberapa nama sebutan yakni kancra, tikeu, tombro, raja, rayo, ameh atau nama lain sesuai dengan daerah penyebarannya.

Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%o.
Ikan mas tergolong jenis omnivora, yakni ikan yang dapat memangsa berbagai jenis makanan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Namun, makanan utamanya adalah tumbuhan dan binatang yang terdapat di dasar dan tepi perairan.

Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas Bering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air.
Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan.
Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa.
Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg.
Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir) dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya.
Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram.
Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar perairan atau dasar kolam untuk mencari makanan.




sumber : wikipedia.org

Jumat, 14 September 2012

Jenis-Jenis Ikan Mas (Karper)

Saat ini, banyak sekali jenis ikan mas yang beredar di kalangan petani, baik jenis yang berkualitas tidak terlalu tinggi hingga jenis unggul. Setiap daerah memiliki jenis ikan mas favorit, misalnya di Jawa Barat, ikan mas yang paling digemari adalah jenis ikan mas majalaya. Di daerah lain, jenis ini belum tentu disukai, begitu juga sebaliknya. Perbedaan tersebut biasanya dipengaruhi oleh selera masyarakat dan kebiasaan para petani yang membudidayakannya secara turun-temurun.
Dari beberapa jenis ikan mas yang telah dikenal masyarakat, varietas majalaya termasuk jenis unggul. Buktinya, varietas ini telah dilepas oleh Menteri Pertanian tahun 1999 dalam rangka HUT ke-25 Badan Litbang Pertanian.
Jenis-jenis ikan mas secara umum dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yakni ikan mas konsumsi dan ikan mas hias. Jenis ikan mas konsumsi adalah jenis-jenis ikan mas yang dikonsumsi atau dimakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi yang berasal dari hewan. Sementara itu, jenis ikan mas hias umumnya digunakan untuk memenuhi kepuasan batin atau untuk hiasan (pajangan) dan dipelihara di kolam-kolam taman atau akuarium.

Ikan Mas Konsumsi

1. Ikan Mas Punten
Ras ini dikembangkan pertama kali pada tahun 1933 di Desa Punten, Malang, Jawa Timur. Tubuhnya relatif pendek, tetapi bagian punggungnya lebar dan tinggi. Karena itu, bentuk badan ikan mas punten terkesan membuntak atau bulat pendek (big belly). Perbandingan antara panjang total dan tinggi badan adalah 2,3-2,4:1. Warna sisik hijau gelap, mata agak menonjol, gerakan tubuhnya lambat, dan bersifat jinak.

2. Ikan Mas Sinyonya atau Putri Yogya
Tidak diketahui pasti asal-usul nama ikan jenis ini. Beberapa orang menyebutkan, ikan mas ini mudah sekali bertelur sehingga disebut sinyonya. Bentuk tubuhnya memanjang (long bodied form) dan punggungnya lebih rendah dibandingkan dengan ikan mas punten. Perbandingan antara panjang dan tinggi badannya sekitar 3,66:1.
Sisiknya berwarna kuning muda seperti warna kulit jeruk sitrus. Mata ikan yang masih muda agak menonjol, kemudian berubah menjadi sipit ketika ikan sudah mulai tua. Sifat ikan mas sinyonya lebih jinak dibandingkan dengan ikan ras punten. Ikan mas sinyonya memiliki kebiasaan berkumpul di permukaan air.
Fekunditas atau jumlah telur ikan mas sinyonya 85.000—125.000 dan diameternya 0,3—1,5 mm. Induk ikan mas sinyonya jantan akan matang kelamin pertama pada umur 8 bulan, sedangkan yang betina pada umur 18 bulan. Ikan mas ini tahan terhadap parasit Myxospora. Kisaran toleransi pH-nya 5,5—8,5.

3. Ikan Mas Taiwan
Ikan mas taiwan memiliki bentuk badan yang memanjang dan bentuk punggung seperti busur agak membulat. Sisiknya berwarna hijau kekuningan hingga kuning kemerahan di tepi sirip dubur dan di bawah sirip ekor. Ikan mas taiwan sangat responsif terhadap makanan sehingga akan saling berebut ketika diberi pakan. Diduga nenek moyang ikan mas ini berasal dari Taiwan, kemudian diintroduksi dan dikembangkan di Indonesia.

4. Ikan Mas Merah
Ciri khas dari ikan mas ini adalah sisiknya yang berwarna merah keemasan. Gerakannya aktif, tidak jinak, dan paling suka mengaduk-aduk dasar kolam. Bentuk badannya relatif memanjang. Dibandingkan dengan ras sinyonya, posisi punggungnya relatif lebih rendah dan tidak lancip. Matanya agak menonjol.

5. Ikan Mas Majalaya
Sesuai dengan namanya, ikan mas ini berkembang pertama kali di daerah Majalaya, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ukuran badannya relatif pendek dan punggungnya lebih membungkuk dan lancip dibandingkan dengan ras ikan mas lainnya. Perbandingan antara panjang dan tinggi tubuhnya adalah 3,2:1.
Bentuk tubuhnya semakin lancip ke arah punggung dan bentuk moncongnya pipih. Sifat ikan mas ini relatif jinak dan biasa berenang di permukaan air. Sisiknya berwarna hijau keabuan dan bagian tepinya berwarna lebih gelap, kecuali di bagian bawah insang dan di bagian bawah sirip ekor berwarna kekuningan. Semakin ke arah punggung, warna sisik ikan ini semakin gelap.
Ikan mas majalaya memiliki keunggulan, di antaranya laju pertumbuhannya relatif cepat, tahan terhadap infeksi bakteri Aeromonas hydrophila, rasanya lezat dan gurih, dan tersebar luas di Indonesia. Fekunditas atau jumlah telur yang dihasilkan ikan mas majalaya tergolong tinggi, yakni 84.000—110.000 butir per kilogram induk.

5. Ikan Mas Yamato
Ikan mas ini kurang populer di kalangan petani ikan mas di Indonesia. Bentuk tubuhnya memanjang. Sisiknya berwarna hijau kecokelatan. Ikan mas ini banyak ditemukan dan dibudidayakan di Asia Timur, seperti Cina dan Jepang.

6. Ikan Mas Lokal
Ikan mas ini sebenarnya belum bisa digolongkan sebagai salah satu ras atau jenis ikan mas. Meskipun demikian, ikan ini justru paling banyak ditemukan di lapangan dan paling banyak dikenal oleh petani ikan dewasa ini.
Bentuk tubuh dan warnanya merupakan kombinasi dari beberapa jenis ikan mas yang sudah ada. Secara umum, bentuk tubuhnya memanjang dan matanya tidak sipit. Kemungkinan besar ikan ini muncul akibat perkawinan silang yang tidak terkontrol dengan jenis-jenis ikan mas lain yang ada di masyarakat.

Ikan Mas Hias

Jenis-jenis ikan mas yang digolongkan ke dalam kelompok ikan mas hias sebagai berikut :

1. Ikan Mas Kumpay
Ciri yang menonjol dari ikan mas kumpay adalah semua siripnya panjang dan berumbai sehingga tampak indah ketika sedang bergerak. Warna sisiknya sangat bervariasi, ada yang putih, kuning, merah, dan hijau gelap. Bentuk badannya memanjang seperti ikan mas sinyonya. Pertumbuhannya tergolong lambat. Kadang-kadang, ikan mas ini juga dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi.

2. Ikan Mas Kancra Domas
Bentuk tubuhnya memanjang. Gerakannya mirip ikan mas taiwan, yakni selalu aktif dan kurang jinak. Sisiknya berukuran kecil dan susunannya tidak beraturan. Warna sisiknya bervariasi, ada yang biru, cokelat, atau hijau. Sisik punggungnya berwarna gelap. Semakin ke arah perut, warnanya semakin terang keperakan atau keemasan.

3. Ikan Mas Kaca
Ciri khas ikan ini adalah sebagian tubuhnya tidak tertutup sisik. Bagian yang tidak tertutup sisik sepintas tampak bening, mirip kaca. Di sepanjang gurat sisi (linea lateralis) dan di sekitar pangkal siripnya terdapat sisik berwarna putih mengilap. Sisik tersebut berukuran besar dan tidak seragam.

4. Ikan Mas Fancy
Bentuk tubuh ikan mas ini memanjang. Sisiknya berwarna putih, kuning, dan merah. Pada tubuhnya terdapat totol-totol berwarna hitam. Karena warnanya yang bermacam-macam itulah ikan mas ini disebut fancy.

5. Ikan Mas Koi
Ikan mas koi atau yang lebih populer disebut koi (saja) ini berasal dari Jepang. Mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980. Bentuk badannya bulat memanjang. Warna sisiknya beragam, ada putih, kuning, merah menyala, hitam, atau kombinasi dari warna-warna tersebut.
Hobiis ikan mas umumnya menyukai ikan koi jenis bastar karena warna dan pola totolnya yang indah dan menarik. Ikan koi disukai hobiis karena gerakannya lambat dan cukup jinak.
Ikan koi memiliki beragam nama yang disesuaikan dengan pola dan warna tubuhnya, misalnya platinum nishikigoi, shusui nishikigoi, shusi nishikigoi, kohaku nishikigoi dan taishusanshoku nishikigoi.




sumber : wikipedia.org

Kamis, 06 September 2012

Gurame Padang

Ini adalah ikan Gurame. Dan kalau dilihat dari warnanya, ikan ini termasuk jenis Gurame Padang. Ikan ini dipelihara dari mulai bibit berumur 1-2 minggu dengan panjang sekitar 3 cm. Sekarang ikan ini sudah berumur 4 tahun lebih dengan ukuran panjang 45 cm. Ternyata seru juga memelihara ikan Gurame, berbeda dengan memelihara jenis ikan hias ataupun ikan lainnya. Selain tempat pemeliharaan yang sederhana, bisa di kolam tanah, kolam yang disemen ataupun di akuarium, ikan jenis ini juga tidak memerlukan air yang mengalir. Ikan gurame juga bukan tergolong ikan yang rakus akan makanan karena gurame memiliki ukuran perut lebih kecil dibanding ikan jenis lain.
Makanan ikan gurame tergolong murah meriah, karena gurame suka lalapan atau daun-daunan, terutama daun keladi, pepaya dan ubi rambat. Memelihara ikan gurame memiliki keuntungan ganda dibanding ikan hias biasa ( menurut aku lho...), karena kalo memelihara ikan hias, kita hanya bisa menjadikannya sebagai hiasan, penghilang stres ataupun sebagai penjaga rumah ( mitos ). Saat ikan sudah tua, kita hanya akan membiarkannya sampai mati. Sementara kalo memelihara ikan gurame, selain diuntungkan seperti ikan hias, saat ikan gurame sudah besar atau tua dan layak makan kita bisa memanfaatkannya untuk dikonsumsi ( kalo tega ) dan kita menggantinya dengan bibit baru.
Ikan gurame adalah ikan untuk dikonsumsi, tetapi jenis Gurame Padang biasa dijadikan ikan hias dan dipelihara di akuarium. Selain warnanya yang menarik, ikan gurame ini tergolong penurut. Gurame juga ikan yang mudah kaget dan penakut. Gurame sangat sensitif akan suara. Saat mendengar langkah kaki, ikan gurame akan langsung bersembunyi  di dasar kolam. Dan gurame tidak akan memakan makanan yang kita kasih selama kita masih di dekat kolam. Gurame yang di pelihara di akuarium tergolong ikan penurut, karena saat kita mendekati akuariun, gurame akan mendekati kita, begitu juga saat kita berpindah ke sisi yng lain, gurame akan mengikuti. Tetapi gurame akan sangat marah saat kita mendekatkan wajah atau tangan kita ke kaca akuariun, gurame akan bereaksi keras, ia akan membuka mulutnya lebar-lebar dan menggerakkan badannya dengan hentakan yang cukup keras sampai air di dalam akuarium memercik keluar.
Harga Gurame Padang cukup tinggi kalo dilihat dari jenis ikan konsumsi, berbeda dengan gurame warna hitam yang biasa dijual perkilo dengan harga sekitar 40-50 rb/kilo. Sementara Gurame Padang warna kuning/orange cukup tinggi, ukuran 10 cm dijual sekitar 30.000 rupiah/ekor, ukuran 20 cm seharga 50.000/ekor, ukuran 30 cm seharga 100 ribu/ekor dan harga sepasang indukan sekitar 500-600 ribu.
Gimana...tertarik memelihara ikan Gurame Padang ? Ikan hias yang juga bisa dikonsumsi.



~endang~